Mura Malewa, Nelayan Bagan Cumi di Kampung Waigama saat di Wawancarai Wartawan (foto:PR) |
Gerimis menyiram perlahan di
Waigama-Ibukota Distrik Misool Utara, Minggu 24 September 2017. Pagi itu, di
sudut kampung, seorang laki-laki paruh-baya duduk di teras rumahnya sambil menikmat
segelas kopi. Ditemanin sejumlah awak media dia begitu asyik mengisahkan
kisahnya sebagai nelayan bagan di Kampung Waigama.
Lelaki itu adalah Mura Malewa. Nelayan bagan cumi-cumi Kampung Waigama-Distrik Misool Utara-Kabupaten Raja Ampat.
Lelaki itu adalah Mura Malewa. Nelayan bagan cumi-cumi Kampung Waigama-Distrik Misool Utara-Kabupaten Raja Ampat.
Usaha bagan yang kini ditekuni
lelaki yang memiliki 5 orang anak ini berawal dari adanya nelayan-nelayan bagan
dari Bima-NTB yang mengambil hasil laut disekitar perairan Waigama. Ketika itu,
Mura menjadi salah satu pekerja pada nelayan bagan tersebut. Namun pada tahun
2014, atas kebijakan pemerintahan kampung, nelayan-nelayan bagan ini diusir
karena tak ada kontribusi positif bagi perkembangan kampung.
Raja Ampat memang menjadi
incaran-incaran nelayan luar. Potensi sumber daya alam laut Raja Ampat
menjadikannya sebagai tujuan akhir dari nelayan-nelayan luar untuk mencari ikan
atau sumber daya alam laut lainnya.
Perairan Waigama juga demikian.
Perairan yang terletak disebelah utara Pulau Misool ini memiliki potensi sumber
daya alam laut yang luar biasa. Selain ikan, perairan Waigama juga menyimpan
sejuta kekayaan lain seperti cumi-cumi, lobster, teripang, dan lain-lain.
Inilah yang menjadi motivasi bagi
Mura Malewa untuk menekuni usaha bagan cumi-cumi. Motivasi untuk berdiri diatas
kekayaan sumber daya alamnya sendiri. Motivasi untuk tidak saja menjadi pekerja
saja. Motivasi untuk tidak menjadi penonton ditengah kelimangan harta sumber
daya alam lautnya sendiri.
“Saya memulai usaha bagan ini sejak tahun 2014. Saya
belajar dari bagan-bagan dari Bima. Dulu disini ratusan bagan dari Bima menangkap cumi-cumi,” ujar
Mura Malewa.
Mura Malewa bersama Kepala Kampung Waigama (foto:PR) |
Alhasil usaha yang ditekuninya
dalam tiga tahun terakhir ini membuahkan
hasil. Dari usaha bagan ia bisa menghidup keluarganya. Bahkan bisa membiayai
kuliah si sulung.
Biaya Operasional Yang Tinggi
Memulai usaha bagan tidaklah semuda
seperti membalikkan telapan tangan. Biaya pengadaan atau pembuatan bagan itu
membutuhkan biaya yang tak maen-maen.
Untuk memulai usaha bagan, kata Mura
Malewa dibutuhkan biaya kurang lebih Rp. 100 juta.
“Harga bodinya (perahu, red)
sekitar Rp. 20 Juta. Jadi kalau bodi gandeng kita butuh Rp. 40 juta. Sedankan
mesinnya kita butuh mesin 40 Pk. Dengan harga kurang lebih Rp. 30-40 juta
tergantung merek mesin yang kita butuhkan. Tambah dengan kebutuhan lain-lain
seperti jaring, tali, kayu penyeimbang, lampu, mensin genset. Yah kurang lebih
modal awal sekitar Rp. 100 juta lebih,” kisah Mura Malewa.
Sementara itu, untuk biaya
operasional tiap bulannya kurang lebih Rp. 5 juta. Biaya operasional mencakupi
kebutuhan makan-minum dan kebutuhan BBM selama mencari. Ia menjelaskan setiap
bulan mereka hanya mencari/melaut selama 12-15 hari tergantung bulan gelap dan
purnama.
Untuk melaut, Mura membutuhkan 5
orang pekerja. Karena itu hasilnya pun dibagi dua setelah dikurangi biaya
operasional. Hasil tangkapannya pun bervariasi. Jika beruntung kata Mura, bisa
mencapai 4 ton perbulan.
“Hasil tangkapan kami bervariasi. Jika
beruntung bisa mencapai 4 ton per bulan (12-15
hari kerja, red). Jika tidak yang cuman 1 ton. Pokoknya antara 1-4 ton
setiap kali melaut,” ujar Mura Malewa.
Umumnya hasil tangkapan Mura dan
beberapa nelayan bagan di Waigama dijual dengan harga Rp. 10 rb/Kg. Biasanya
pengumpul mendatangi mereka di perairan Misool.
“Sebenarnya harga jual keringnya
Rp. 40-50 ribu/kg di Sorong, tapi pengelolaannya juga butuh waktu dan biaya
lagi. Jadi kami jual mentah saja karena pengumpulnya datang dari Sorong,” kata
Mura.
Usaha bagan cumi terus mengeliat di
Kampung Waigama. Saat ini kurang lebih ada 13 usaha bagan cumi di Kampung
Waigama. Dari 13 pengusaha bagan cumi ini, dua bagan gandeng, sisanya bagan
tunggal.
Ada lima lokasi pengakapan cumi di
Perairan Waigama. Diantaranya adalah Perairan Matlol, Pulau Kepala, Pulau Papan,
Pulau Panjang dan Pulau Senyum.
“Yang paling banyak cuminya adalah di lokasi
matlol,” tambah Mura.
Butuh Dukungan
Salah Satu Bagan Gandeng di Kampung Waigama. (foto: PR) |
Mura Malewa tak mampu
menyembunyikan kerinduannya saat ditanya awak media apakah membutuhkan dukungan
pemda? Ia mengaku sangat berterima kasih jika pemda mendukung usaha bagan di
Kampung Waigama.
Ia menjelaskan usaha bagan di
Waigama tersebut merupakan salah satu lapangan pekerjaan yang cukup mengeliat
di Waigama. “Bayangkan dari 13 bagan yang ada, jika setiap bagan membutuhkan 5
orang pekerja. Berapa tenaga kerja yang dibutuhkan?” ujar Malewa dengan nada
tanya.
“Rencana terus mengembangkan usaha
tapi butuh modal juga. Semoga Dinas Perikanan Raja Ampat mendukung kami untuk
terus meningkatkan usaha bagan di Kampung Waigama, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat disini,” harap Mura Malewa mengakhiri perbincangannya
di pagi itu. #Petrus Rabu
No comments:
Post a Comment