Wednesday, September 27, 2017

Kerinduan Yang Terpendar Di Langit-Langit Kampung Waigama

Kampung Waigama-Misool Utara Kab Raja Ampat (foto: PR)

Ombak Pantai Utara memecah dibibir Pantai Waigama-Misool Utara, Kabupaten Raja Ampat sore itu. Senja mulai beranjak keperaduannya. Sejumlah perahu nelayan berbaris rapih dibibir pantai yang berpasir hitam tersebut. 

Diantara deretan tersebut, sebuah perahu bagan dengan bodi gandeng mengambang dan bermain-main dengan ombak yang terus memecah kesunyian senja itu. Sementara disebelahnya dua bodi perahu yang sehari-harinya juga berfungsi sebagai bagan mengambang .

Ket. foto: Bagan Nelayan Masyarakat Kampung Waigama-Raja Ampat/Foto:PR


“Dua bodi itu milik saya. Tetapi sekarang bukan musim untuk mencari. Karena cuaca kurang bagus dan biasanya kami hanya mencari pada bulan Maret-Agustus tiap tahun. Bulan-bulan itu, cuaca bagus dan biasanya cumi-cumi yang naek,” ujar Mura Malewa, seorang nelayan bagan cumi-cumi Kampung Waigama yang setia menenami kami sore itu, Minggu 24 September 2017.

Waigama begitulah kampung itu disebut. Sebagai pusat pemerintahan Distrik Misool Utara, Waigama menyimpan sejuta potensi yang sangat luar biasa. Selain memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat luar biasa, perairan Waigama juga memiliki potensi penangkapan cumi yang luar biasa. 

Suasana Senja di Kampung Waigama (foto:PR)


“Sebelum tahun 2014, ada ratusan bagan nelayan dari Bima yang mencari disini. Tapi karena retribusinya tidak bagus akhirnya aparat kampung usir mereka,” tambah Mura Malewa yang menyediakan rumahnya bagi kami untuk bermalam selama dua malam di Kampung Waigama.

Hadirnya nelayan-nelayan luar itu melecut motivasi mereka. Membangkitkan sebuah kerinduan. Kerinduan untuk mengola potensinya sendiri. Namun kerinduan-kerinduan  itu seperti cahaya yang terpendar dilangit-langit nan biru. 

Kerinduan itu masih seperti kunang-kunang yang menari di atas awan. Kerinduan yang mengharapkan sentuhan serius sehingga potensi yang mereka miliki benar-benar dikelola secara optimal oleh mereka. Dan mereka sendiri. Bukan orang lain. Mereka tak mau menjadi penonton. Tapi mereka adalah subyek. Pelaku utama usaha perikanan di samudera. Dilautnya sendiri.

Mura Malewa menuturkan berdasarkan pengalaman dari nelayan-nelayan Bima, saat ini ada 10 bagan penangkap cumi-cumi di Waigama. Usaha itu membuka lapangan kerja bagi masyarakat Waigama tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi keluarga dan membantu pendidikan anak-anak dibangku sekolah dan kuliah.

“Masyarakat Waigama ini 99 % adalah nelayan. Kami dengar banyak bantuan diberikan kepada nelayan tapi kami disini tak pernah disentuh,” ujar Nurdin Abdul Gani salah satu tokoh masyarakat Kampung Waigama.
Tidak saja Nurdin Abdul Gani di Waigama, sejumlah kampung yang kami kunjungi di Wilayah Misool merindukan harapan serupa. Mereka merindukan sarana dan prasarana penangkapan ikan yang memadai.

Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, SE berusaha untuk menjawab semua kerinduan itu. Melalui Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemda Raja Ampat berkomitmen untuk membantu para nelayan di Raja Ampat dengan berbagai fasilitas penangkapan ikan, bahkan coldstore.

“Kita akan menjawabi ini secara bertahap. Kalau listrik sudah masuk ke kampung-kampung maka kita juga akan memberikan bantuan cold store sehingga hasil tangkapan bapak-ibu bisa diawetkan sambil menunggu harga yang bagus atau bisa juga menyediakan es bagi bapak-ibu,” tandas Abdul Faris Umlati, SE disela-sela acara tatap muka dengan masyarakat Waigama-Distrik Misool Timur pekan kemarin.

Raja Ampat Kaya Ikan

Raja Ampat dikenal sebagai kerajaan ikan. Bahkan julukan ini sudah mendunia.

Raja Ampat memiliki potensi perikanan yang sangat luar biasa. Catatan Dinas Kelautan dan Perikanan Raja Ampat menunjukkan bahwa potensi lestari perikanan tangkap perairan Raja Ampat sebesar 590.600 ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sekitar 472.000 ton/tahun. Dan selama ini perikanan tangkap tersebut 80% adalah masyarakat Raja Ampat dan beberapa yang datang dari Kota Sorong atau pun Kabupaten Sorong.

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat, Rio Bartolomeus Imbir, S.Pi, sejauh ini sumberdaya yang telah dimanfaatkan sekitar 38.000 ton/tahun, sehingga peluang pemanfaatan masih sekitar 434.000 ton/tahun.

Hal tersebut merupakan kesempatan bagi nelayan setempat untuk meningkatkan perekonomian dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya perikanan

“Ini merupakan peluang investasi yang besar bagi masyarakat Raja Ampat,” kata Rio Bartolomeus.

Lebih lanjut ia menjelaskan perairan Raja Ampat sangat cocok kegiatan budidaya seperti budidaya ikan-ikan karang (Kerapu dan Napoleon), rumput laut, mutiara dan teripang.Bahkan dibeberapa distrik hampir 99 persen masyarakat Raja Ampat hidup sebagai nelayan.

Namun potensi laut yang luar biasa ini belum optimal dikelola oleh masyarakat. Pengelolaan hasil-hasil perikanan Raja Ampat masih didominasi oleh pengusaha besar dan pemilik modal seperti sejumlah pengusaha mutiara di Misool atau seputaran Waigeo. Juga pengusaha perikanan di Sorong dan sekitarnya bahkan dari luar Sorong.

Masyarakat Raja Ampat masih bergerak pada skala kecil dan menengah. Itupun terbatas dan bisa dihitung dengan jari.

Masyarakat di kampung-kampung pun masih menggunakan peralatan tangkap yang sangat tradisional. Mereka hanya bermodalkan mata kail dan kole-kole/perahu kecil tanpa mesin untuk memancing atau mengolah hasil laut. Dan benar-benar hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika beruntung maka sisanya dijual untuk keperluan sekolah bagi anak-anak atau kebutuhan lainnya. Jualnya pun kepada tengkulak yang datang dari kota dengan harga yang tak pantas.

Mereka benar-benar kalah. Kalah bersaing. Mereka tak berdaya diatas kekayaannya. Kalah bertempur di medan hidupnya. Tapi begitulah hidup. Siap kuat dia menang. Hukum rimba kadang lebih ganas di lautan.

Karena itulah tersirat garis kerinduan di wajah mereka. Suatu kerinduan yang terpendam. Kerinduan yang masih terpendar. Kerinduan untuk mengelola hasil laut mereka dengan cara-cara yang pantas.  Kerinduan untuk meraja di samudera mereka sendiri. Kerinduan berdiri tegak diwarisan leluhurnya sendiri . Kerinduan. Tetaplah kerinduan. #PetrusRabu



No comments:

Post a Comment